Kamis, 07 Mei 2015

[017] Al Israa' Ayat 024

««•»»
Surah Al Israa' 24

وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
««•»»
waikhfidh lahumaa janaaha aldzdzulli mina alrrahmati waqul rabbi irhamhumaa kamaa rabbayaanii shaghiiraan
««•»»
Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil"
««•»»
Lower the wing of humility to them, out of mercy, and say, ‘My Lord! Have mercy on them, just as they reared me when I was [a] small [child]!’
««•»»

Kemudian Allah SWT memerintahkan kepada kaum Muslimin agar merendahkan diri kepada kedua orang tua, dengan penuh kasih sayang. Yang dimaksud dengan merendahkan diri dalam ayat ini ialah menaati apa yang mereka perintahkan selama perintah itu tidak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan syarak. Taat anak kepada kedua orang tuanya merupakan tanda kasih sayangnya kepada orang tuanya yang sangat diharapkan, terutama pada saat-saat kedua orang ibu bapak itu sangat memerlukan pertolongannya.

Ditegaskan bahwa sikap rendah diri itu haruslah dilakukan dengan penuh kasih sayang, agar tidak sampai terjadi sikap rendah diri yang dibuat-buat, hanya untuk sekadar menutupi celaan orang lain atau untuk menghindari rasa malu pada orang lain, akan tetapi agar sikap merendahkan diri itu betul-betul dilakukan, karena kesadaran yang timbul dari hati nurani.

Di akhir ayat Allah SWT memerintahkan kepada kaum Muslimin untuk mendoakan kedua ibu bapak mereka, agar diberi limpahan kasih sayang Allah sebagai imbalan dari kasih sayang kedua ibu bapak itu dengan mendidik mereka ketika masih kanak-kanak.

Adapun hadis-hadis Nabi yang memerintahkan agar kaum Muslimin berbakti kepada kedua ibu bapaknya adalah sebagai berikut:

Pertama:
أن رجلا جاء إلى النبي صلى الله عليه وسلم يستأذنه في الجهاد فقال : أحي والداك؟ قلت نعم، قال ففيها فجاهد
Sesungguhnya telah datang seorang laki-laki kepada Nabi saw meminta izin kepadanya, agar diperbolehkan ikut berperang bersamanya, lalu Nabi bersabda: "Apakah kedua orang tuamu masih hidup?". Orang laki-laki itu menjawab: "Ya". Nabi bersabda: "Maka berbaktilah kepada kedua orang tuanmu".

Ke·dua:
Disebut juga dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dan lainnya:
لا يجزي ولد والده إلا أن يجده مملوكا فيشتريه ويعتقه
"Seorang anak belumlah dianggap membalas jasa kedua itu bapaknya, kecuali apabila ia menemukan mereka dalam keadaan menjadi budak, kemudian ia menebus mereka dan memerdekakannya."

Ke·tiga:
Dalam hadis yang lain, seperti diriwayatkan oleh Ibnu Mas'ud ia berkata:
سألت رسول الله صلى الله عليه وسلم أي العمل أحب إلى رسول الله ؟ قال الصلاة على وقتها قلت ثم أي؟ قال بر الوالدين
Saya bertanya kepada Rasulullah saw: "Amal yang manakah yang paling dicintai Allah dan Rasul Nya?". Rasulullah menjawab: "Melakukan salat pada waktunya". Saya bertanya: "Kemudian amal yang mana lagi?" Rasulullah menjawab: "Berbuat baik kepada kedua ibu bapak." (H.R. Ibnu Mas'ud)

Ke·empat:
Di dalam ayat yang ditafsirkan di atas tidak diterangkan siapakah yang harus didahulukan mendapat kebaktian antara kedua ibu bapak. Akan tetapi dalam hadis dijelaskan bahwa berbakti kepada ibu didahulukan dari pada berbakti kepada bapak,

seperti dariwayatkan dalam sahih Bukhari dan Muslim:
أن رسول الله صلى الله عليه وسلم سئل من أحواج الناس بحسن صحابتي؟ قال أمك. قال ثم من؟ قال أمك، قال ثم من؟ قال أمك قال ثم من؟ قال أبوك
Bahwa Rasulullah saw ditanya: "Siapakah yang paling berhak mendapat pergaulan yang paling baik dari padaku?". Rasulullah menjawab: "Ibumu". Orang itu bertanya: "Siapa lagi?". Rasulullah menjawab: "Ibumu". Orang itu bertanya lagi: "Siapa lagi". Rasulullah menjawab: "Ibumu". Orang itu bertanya lagi: "siapa lagi". Rasulullah menjawab: "Ayahmu".
(H.R. Bukhari dan Muslim)

Ke·lima:
Kebaktian kepada kedua orang tua, tidaklah dicukupkan pada saat mereka masih hidup, akan tetapi kebaktian itu haruslah diteruskan meskipun kedua ibu bapak itu sudah meninggal dunia,

sedang caranya disebutkan dalam hadis yang diriwayatkan Ibnu Majah:
روى أحمد عن أنس بن مالك أنه قال: أتى رجل من بني تميم إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم فقال: يا رسول الله إني ذو مال كثير وذو ولد وحاضرة فأخبرني كيف أنفق وكيف أصنع؟ فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: تخرج الزكاة من مالك إن كان فإنها طهرة تطهرك وتصل أقرباءك وتعرف حق السائل والجار والمسكين. فقال يا رسول الله؟: أقلل لي: فقال فأت ذا القربى حقه والمسكين وابن السبيل ولا تبذر تبذيرا. فقال : حسبي يا رسول الله إذا أديت الزكاة إلى رسولك فقد برئت منها إلى الله ورسوله فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: نعم إذا أديتها إلى رسولي فقد برئت منها ولك أجرها وإثمها على من بدل لها
Diriwayatkan dari Imam Ahmad dan Anas bin Malik bahwa ia berkata: "Datang seorang laki-laki dari Bani Tamim kepada Rasulullah saw seraya berkata: "Hai Rasulullah! Saya adalah seorang yang berharta dan banyak keluarga, banyak anak serta banyak tamu yang selalu hadir, maka terangkanlah kepadaku bagaimana saya harus membelanjakan harta, dan bagaimana saya harus berbuat". Maka Rasulullah saw bersabda: "Hendaklah kamu mengeluarkan zakat dari hartamu jika kamu mempunyai harta, karena sesungguhnya zakat itu menyucikan harta dan menyucikan kamu peliharalah silaturahmi dengan kaum kerabatmu, dan hendaklah kamu ketahui hak orang yang meminta pertolongan, hak tetangga dan hak orang miskin. Kemudian lelaki itu berkata: "Hai Rasulullah! Dapatkah engkau mengurangi kewajiban itu kepadaku".

Rasulullah saw membacakan:
وَآتِ ذَا الْقُرْبَى حَقَّهُ وَالْمِسْكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا
(Berikanlah kepada karib kerabat haknya, orang miskin dan Ibnu Sabil dan janganlah mubazir).

Sesudah itu lelaki itu berkata: "Cukupkah bagiku hai Rasulullah, apabila aku telah menunaikan zakat kepada amil zakatmu, lalu aku telah bebas dari pada kewajiban zakat yang harus dibayarkan kepada Allah dan Rasul-Nya, lalu Rasulullah saw bersabda: "Ya, apabila engkau telah membayar zakat itu kepada amilku, engkau telah bebas dari kewajiban itu dan engkau akan menerima pahalanya, dan orang yang menggantikannya dengan yang lain akan berdosa".

Ke·enam :
Di samping itu diterangkan pula dalam hadis yang lain:
أن رسول الله صلى الله عليه وسلم سئل : هل بقي من بر أبوي شيئ أبرهما بعد موتهما؟ قال نعم، حصال أربع: الدعاء والإستغفار لهما والوفاء بعهدهما وإكرام صديقهما وصلة الرحم التي لا رحم لك إلا من قبلهما، فهذا الذي بقي عليك من برهما بعد موتهما
Bahwa Rasulullah saw, ditanya: Masih adakah kebaktian kepada kedua orang tuaku, setelah mereka meninggal dunia?. Rasulullah saw menjawab: "Ya, masih ada empat perkara, mendoakan ibu bapak itu kepada Allah dan memintakan ampun bagi mereka, menunaikan janji mereka, menghormati teman-teman mereka serta menghubungkan tali persaudaraan dengan orang-orang yang tidak mempunyai hubungan keluarga dengan kamu kecuali dari pihak mereka. Maka inilah kebaktian yang masih tinggal yang harus kamu tunaikan, sebagai kebaktian kepada mereka setelah mereka meninggal dunia".
(HR. Ibnu Majah)

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua) artinya berlaku sopanlah kamu terhadap keduanya (dengan penuh kesayangan) dengan sikap lemah lembutmu kepada keduanya (dan ucapkanlah, "Wahai Rabbku! Kasihanilah mereka keduanya, sebagaimana) keduanya mengasihaniku sewaktu (mereka berdua mendidik aku waktu kecil.").
««•»»
And lower to them the wing of humility, show them your submissive side, out of mercy, that is, on account of your affection for them, and say, ‘My Lord, have mercy on them, just as they, had mercy on me when [they], reared me when I was little’.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

[AYAT 23][AYAT 25]
[KEMBALI]
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
24of111
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
.http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=17&tAyahNo=24&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2
http://al-quran.info/#17:24

[017] Al Israa' Ayat 023



««•»»
Surah Al Israa' 23

وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا
««•»»
waqadaa rabbuka allaa ta'buduu illaa iyyaahu wabialwaalidayni ihsaanan immaa yablughanna 'indaka alkibara ahaduhumaa aw kilaahumaa falaa taqul lahumaa uffin walaa tanharhumaa waqul lahumaa qawlan kariimaan
««•»»
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia {850}.
{850} Mengucapkan kata Ah kepada orang tua tidak dlbolehkan oleh agama apalagi mengucapkan kata-kata atau memperlakukan mereka dengan lebih kasar daripada itu.
««•»»
Your Lord has decreed that you shall not worship anyone except Him, and [He has enjoined] kindness to parents. Should they reach old age at your side —one of them or both— do not say to them, ‘Fie!’[1] And do not chide them, but speak to them noble words.
[1] That is, do not grumble or speak to them in an ill-tempered manner. Uff is an interjection expressing displeasure and exasperation, indicating that one has been put out of patience.
««•»»

Kemudian Allah SWT menyatakan, bahwa Dia telah memerintahkan kepada seluruh manusia, agar mereka memperhatikan beberapa perkara yang menjadi pokok keimanan. Perkara-perkara itu ialah:

Pertama:
Agar mereka tidak menyembah tuhan-tuhan yang lain selain Dia. Termasuk pada pengertian menyembah Tuhan selain Allah, ialah mempercayai adanya kekuatan lain yang dapat mempengaruhi jiwa dan raga, selain kekuatan yang datang dari Allah. Semua benda yang ada, yang kelihatan ataupun yang tidak, adalah makhluk Allah.

Oleh sebab itu yang berhak mendapat penghormatan tertinggi, hanyalah yang menciptakan alam dan semua isinya. Dia lah yang memberikan kehidupan dan kenikmatan pada seluruh makhluk Nya. Maka apabila ada manusia yang memuja-muja benda-benda alam ataupun kekuatan gaib yang lain, berarti ia telah sesat, karena kesemua benda-benda itu adalah makhluk Allah, yang tak berkuasa memberikan manfaat dan tak berdaya untuk menolak kemudaratan, serta tak berhak disembah.

Ke·dua:

Agar mereka berbuat baik kepada kedua ibu-bapak mereka, dengan sikap yang sebaik-baiknya Allah SWT memerintahkan kepada manusia, agar berbuat baik kepada ibu bapak, sesudah memerintahkan kepada mereka beribadah hanya kepada-Nya, dengan maksud agar manusia memahami betapa pentingnya berbuat baik terhadap ibu-bapak itu dan agar mereka mensyukuri kebaikan mereka, seperti betapa beratnya penderitaan yang telah mereka rasakan pada saat melahirkan, betapa pula banyaknya kesulitan dalam mencari nafkah dan di dalam mengasuh serta mendidik putra-putra mereka dengan penuh kasih sayang. Maka pantaslah apabila berbuat baik kepada kedua ibu-bapak itu, dijadikan sebagai kewajiban yang paling penting di antara kewajiban-kewajiban yang lain, dan diletakkan Allah dalam urutan kedua sesudah kewajiban manusia beribadah hanya kepada Allan Yang Maha Kuasa.

Allah berfirman:
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak.
(Q.S. An Nisa [4]:36)

Sebaliknya anak yang durhaka kepada kedua orang tuanya, dinyatakan sebagai orang yang berbuat maksiat, yang dosanya diletakkan pada urutan kedua sesudah dosa orang yang mempersekutukan Allah dengan tuhan-tuhan yang lain.

Allah SWT berfirman:
قُلْ تَعَالَوْا أَتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ أَلَّا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
Katakanlah: Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu, yaitu: Janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapak."
(Q.S. Al An'am [6]:151)

Allah SWT memerintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tua mereka dengan alasan sebagai berikut:
  1. Kasih sayang kedua ibu bapak yang telah dicurahkan kepada anak-anaknya dan segala macam usaha yang telah diberikan agar anak-anaknya menjadi anak-anak yang saleh, terjauh dari jalan yang sesat. Maka sepantasnya lah apabila kasih sayang yang tiada taranya itu, dan usahanya yang tak mengenal payah itu mendapat balasan dari anak-anak mereka dengan berbuat baik kepada mereka dan mensyukuri jasa baik mereka itu.
  2. Anak-anak adalah bagian tulang dari kedua ibu bapak, seperti disebutkan dalam riwayat: فاطمة بضعة مني Artinya: "Fatimah adalah bagian tulang diriku"
  3. Anak-anak sejak masih bayi hingga dewasa, baik makanan ataupun pakaiannya menjadi tanggung jawab kedua orang tuanya, maka sepantasnyalah apabila tanggung jawab itu mendapat imbalan budi dari anak-anaknya.
Secara singkat dapat dikatakan, bahwa nikmat yang paling banyak diterima oleh manusia ialah nikmat Allah, sesudah itu nikmat yang diterima dari kedua ibu-bapak. Itulah sebabnya maka Allah SWT meletakkan kewajiban berbuat baik kepada ibu bapak pada urutan kedua sesudah kewajiban manusia beribadat hanya kepada Allah.

Sesudah itu Allah SWT menetapkan bahwa apabila salah seorang di antara kedua ibu bapak atau kedua-duanya telah berumur lanjut, sehingga mereka itu mengalami kelemahan jasmani, dan tak mungkin lagi untuk berusaha mencari nafkah, karena itu mereka harus hidup bergaul dengan anak-anakuya, agar mendapatkan nafkah dan perlindungannya, maka menjadi kewajibanlah bagi anak-anaknya menggauli mereka dengan penuh kasih sayang dan menghormati mereka sebagai rasa syukur terhadap nikmat yang pernah diterima dari kedua ibu bapaknya.

Di dalam ayat ini nampak adanya beberapa ketentuan dan sopan santun yang harus diperhatikan anak terhadap kedua ibu bapaknya antara lain:
  1. Tidak boleh anak mengucapkan kata "ah" kepada kedua orang ibu bapaknya, hanya karena sesuatu sikap atau perbuatan mereka yang kurang disenangi, akan tetapi dalam keadaan serupa itu hendaklah anak-anaknya berlaku sabar, sebagaimana perlakuan kedua ibu bapaknya ketika mereka merawat dan mendidiknya di waktu anak-anak itu masih kecil.
  2. Tidak boleh anak-anak menghardik atau membentak kedua orang ibu bapaknya sebab dengan bentakan itu kedua ibu bapaknya akan terlukai perasaannya. Menghardik kedua iba bapak, ialah mengeluarkan kata-kata kasar pada saat si anak menolak pendapat kedua orang tua atau menyalahkan pendapat mereka, sebab pendapat mereka tidak sesuai dengan pendapat si anak. Larangan menghardik dalam ayat ini adalah sebagai penguat dari larangan mengatakan "ah" yang biasanya diucapkan oleh seorang anak terhadap kedua ibu bapaknya pada saat ia tidak menyetujui kedua ibu bapaknya.
  3. Hendaklah anak mengucapkan kepada kedua ibu bapak kata-kata yang mulia. Kata-kata yang mulia ialah kata-kata yang diucapkan dengan penuh khidmat dan hormat, yang menggambarkan tata adab yang sopan santun dan penghargaan yang penuh terhadap orang lain.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Dan telah memutuskan) telah memerintahkan (Rabbmu supaya janganlah) lafal allaa berasal dari gabungan antara an dan laa (kalian menyembah selain Dia dan) hendaklah kalian berbuat baik (pada ibu bapak kalian dengan sebaik-baiknya) yaitu dengan berbakti kepada keduanya. (Jika salah seorang di antara keduanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu) lafal ahaduhumaa adalah fa`il (atau kedua-duanya) dan menurut suatu qiraat lafal yablughanna dibaca yablughaani dengan demikian maka lafal ahaduhumaa menjadi badal daripada alif lafal yablughaani (maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan ah kepada keduanya) dapat dibaca uffin dan uffan; atau uffi dan uffa; lafal ini adalah mashdar yang artinya adalah celaka dan sial (dan janganlah kamu membentak mereka) jangan kamu menghardik keduanya (dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia) perkataan yang baik dan sopan.
««•»»
And your Lord has decreed, He has commanded, that you worship none save Him, and, that you show, kindness to parents, by being dutiful to them. If they should reach old age with you, one of them (ahaduhumā is the subject [of the verb]) or both (a variant reading [for yablughanna] has yablughān, ‘both [should] reach’, in which case ahaduhumā would be substituting for the [dual indicator] alif [of yablughān]) then do not say to them ‘Fie’ (read uffan or uffin, uffa or uffi, a verbal noun meaning tabban, ‘perish!’ or qubhan, ‘evil!’) nor repulse them, but speak to them gracious words, fair and gentle [words].
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

[AYAT 22][AYAT 24]
[KEMBALI]
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
23of111
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=17&tAyahNo=23&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2
http://al-quran.info/#17:23

[017] Al Israa' Ayat 022

««•»»
Surah Al Israa' 22

لَا تَجْعَلْ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ فَتَقْعُدَ مَذْمُومًا مَخْذُولًا
««•»»
laa taj'al ma'a allaahi ilaahan aakhara fataq'uda madzmuuman makhdzuulaan
««•»»
Janganlah kamu adakan tuhan yang lain di samping Allah, agar kamu tidak menjadi tercela dan tidak ditinggalkan (Allah).
««•»»
Do not set up another god besides Allah, or you will sit blameworthy, forsaken.
««•»»

Allah SWT melarang manusia, mengada-adakan tuhan yang lain selain Allah, seperti menyembah patung dan arwah nenek moyang dengan maksud supaya dapat mendekatkan diri kepada Nya. Termasuk yang dilarang itu ialah meyakini adanya tuhan selain Allah mengakui adanya kekuatan-kekuatan yang lain selain Allah yang dapat mempengaruhi dirinya, atau melakukan perbuatan nyata, seperti memuja benda-benda alam, ataupun kekuatan gaib yang lain, yang mereka anggap sebagai Tuhan, atau mereka angan-angankan. Larangan ini ditujukan kepada seluruh manusia, agar mereka tidak tersesat dan tidak menyesatkan karena melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan terhadap Penciptanya Pada hal mereka seharusnya mensyukuri nikmat Allah yang telah dilimpahkan kepada mereka, tidak mengada-adakan tuhan yang lain, yang sebenarnya tidak berkuasa sedikitpun untuk memberikan pertolongan kepada mereka, dan tidak berdaya pula untuk memberikan mudarat.

Allah SWT berfirman:
وَإِنْ يَخْذُلْكُمْ فَمَنْ ذَا الَّذِي يَنْصُرُكُمْ مِنْ بَعْدِهِ
Jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu?.
(QS. Ali Imran [3]:160)

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Janganlah kamu adakan tuhan yang lain di samping Allah agar kamu tidak tercela dan terhina) artinya tidak ada yang menolongmu.
««•»»
Do not set up another god besides God, or you will sit blameworthy, forsaken, with no one to assist you.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

[AYAT 21][AYAT 23]
[KEMBALI]
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
22of111
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=17&tAyahNo=22&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2
http://al-quran.info/#17:22