
وَمَنْ أَرَادَ الْآخِرَةَ وَسَعَى لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ كَانَ سَعْيُهُمْ مَشْكُورًا
««•»»
waman araada al-aakhirata wasa'aa lahaa sa'yahaa wahuwa mu/minun faulaa-ika kaana sa'yuhum masykuuraan
««•»»
Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mu'min, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik.
««•»»
Whoever desires the Hereafter and strives for it with an endeavour worthy of it, should he be faithful —the endeavour of such will be well-appreciated.
««•»»
Di dalam ayat ini Allah SWT menyebutkan golongan yang kedua. Allah SWT menyatakan bahwa barang siapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang dirinya tetap beriman, maka dialah orang yang usahanya mendapat balasan yang baik.
Yang dimaksud dengan orang-orang yang menghendaki kehidupan akhirat, ialah orang-orang mencita-citakan kebahagiaan hidup di akhirat, sedang ia berusaha untuk mendapatkannya dengan mematuhi bimbingan Allah serta menjauhi tuntutan hawa nafsunya.
Orang yang demikian ini selama hidup di dunia menganggap bahwa kenikmatan hidup di dunia serta kemewahannya adalah nikmat Allah yang digunakan sebagai sarana untuk kepentingan mengabdi kepada Allah dan mensyukuri nikmat-Nya.
Itulah sebabnya, maka di akhir ayat ini Allah SWT menandaskan bahwa orang yang demikian itulah yang akan mendapat pembalasan dari Allah dengan pahala yang berlimpah-limpah, sebagai imbalan dan amalnya yang saleh dan ketabahannya melawan kehendak hawa nafsunya. Ia akan dimasukkan ke dalam surga firdaus dan kekal selama-lamanya di sana.
Di dalam ayat ini disebut tiga syarat yang harus dipenuhi agar seseorang itu mencapai kebahagiaan yang abadi yakni:
- Adanya kehendak untuk melakukan sesuatu perbuatan dengan mengutamakan kebahagiaan akhirat di atas kepentingan duniawi.
- Hendaklah ia melakukan amal-amalan yang mengantar niatnya kepada kebahagiaan akhirat yaitu dengan jalan menaati perintah Allah dan selalu mendekatkan diri kepada Nya.
- Hendaklah dia menjadi orang mukmin, karena iman adalah merupakan dasar untuk diterima atau tidaknya amal perbuatan. Seseorang yang hatinya kosong dari iman, tidak akan mungkin menerima kebahagiaan yang abadi itu.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
(Dan barang siapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh) yakni ia beramal dengan amal yang dengannya ia berhak untuk mendapatkan kehidupan akhirat (sedangkan ia adalah mukmin) kalimat ini berkedudukan menjadi hal (maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalas dengan baik) di sisi Allah; artinya amalnya diterima oleh-Nya dan mendapat pahala dari-Nya.
««•»»
And whoever desires the Hereafter and strives for it with the necessary effort, [that is] he performs the deeds worthy of it, being a believer (wa-huwa mu’minun is a circumstantial qualifier) — for such their effort will find favour, with God, that is, [their effort will be] accepted and rewarded.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
•[AYAT 18]•[AYAT 20]•
•[KEMBALI]•
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
19of111
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=17&tAyahNo=19&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2
http://al-quran.info/#17:19
Tidak ada komentar:
Posting Komentar